Bocah Bekasi Saatnya Menjadi Inspirasi (Bagian 2)

 

Matamatanews.com, BEKASI—Mantan Komandan Sub Denpom TNI Angkatan Darat Kabupaten Bekasi, Nalib Zainudin, kelahiran Tambun, Bekasi, 28 April 1971, yang  belum lama mengakhiri masa dinasnya selama  30 tahun lebih di militer ini, bisa disebut sebagai manusia langka dan pandai memilah dan memilih. Langka karena, tidak semua  asli kelahiran Bekasi memiliki  wawasan kepedulian  akan nasib masyarakat sekitarnya di masa mendatang, sedangkan pandai memilah dan memilih adalah sebuah  ketegasan berpijak dalam keberpihakkan untuk kepentingan masyarakat.

Pria kelahiran asli Tambun, Bekasi ini merasa bahwa kemenangannya untuk menentukan nasibnya menjadi masyarakat sipil adalah pilihan atas dasar kesadaran tanpa tekanan siapa pun. Dan sebagai “ Bocah Bekasi “, pilihan untuk memajukan wilayah Kabupaten Bekasi sebagai kawasan pertanian, ekonomi, perdagangan, kelautan, dan industri adalah panggilan yang tidak bisa dihindari oleh Nalib Zainudin.

“Sebagai orang yang pernah bertugas dan mengabdi lebih dari 15 tahun di Sumatera, kemudian kembali ke kampung halaman mengabdi dan bertugas

“ Sebagai orang yang pernah bertugas dan mengabdi selama lebih dari 15 tahun di Sumatera lalu atas nama tugas kembali ke kampung halaman, saya memaknai semua itu sebagai hijrah. Artinya proses perpindahan dari satu tempat ke tempat berikutnya merupakan pilihan yang tidak bisa dihindari dan sebagai militer saya harus selalu siap di tempatkan di mana pun termasuk di  tempat asal kelahiran saya, Bekasi, “ cerita Nalib, berterus terang.

Pencapaian Nalib Zainudin di tanah kelahirannya di Bekasi sebagai Komandan Sub Denpom Kabupaten Bekasi tentu tidak lepas dari dukungan setia istri, anak, dan orang – orang dekatnya. Karena itulah, ia selalu berkomitmen untuk senantiasa  berdiri di sisi kepentingan masyarakat pada umumnya, terutama keluarga.

Sejak bertugas dan mengabdi di tanah kelahirannya, tidak jarang Nalib mendengar berbagai suara lirih berintonasi kuat yang memintanya untuk lebih peduli terhadap tumbuh kembangnya nasib orang – orang Bekasi di masa mendatang.

“ Seperti ada kesadaran baru, suara – suara itu mengingatkan diri saya sebagai “ Bocah Bekasi “ untuk lebih peduli dan mempertegas kebanggaan saya menjadi “ Bocah Bekasi “ untuk berbuat lebih banyak di tempat kelahiran saya.Dan sebagai Bocah Bekasi saya merasa  prihatin ketika mengetahui Pantai Muara Bungin yang merupakan bagian dari Kabupaten Bekasi terkena abrasi,” kata Nalib.

Seperti diketahui Pantai Muara Bungin yang terletak di Desa Muara Bungin, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi adalah pantai yang telah terkena abrasi mencapai 5000 hingga 7000 meter, padahal daerah ini berbatasan dengan  Kabupaten Karawang.

“ Pantai Muara Bungin butuh perhatian serius dan penanganan intens, dan jika tidak aral melintang Insya Alloh kami agendakan menjadi  salah satu obyek wisata di kawasan Bekasi utara.Saya berharap abrasi Pantai Muara Bungin menjadi perhatian serius bagi Kabupaten Bekasi,” harap Nalib.

Untuk menekan abrasi Pantai Muara Bungin yang semakin tergerus ombak dan akses nelayan lebih mudah keluar masuk  Karawang - Bekasi, Nalib berniat membuat pemecah ombak terlebih dulu agar para nelayan yang berbatasan dengan Bekasi dan Karawang bisa saling berinteraksi ekonomi.

“Dengan adanya pemecah ombak kita berharap nasib nelayan yang ada disekitar Pantai Muara Bungin, khususnya di Muara Gembong  ekonomi mereka sedikit ada perubahan. Target saya adalah membangun Kabupaten Bekasi dan sebagai “ Bocah Bekasi”, saya harus bisa bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Karena berbuat dan membangun untuk perubahan yang lebih baik untuk masyarakat terutama  di Kabupaten Bekasi adalah bagian dari cita – cita saya sejak kecil, dan inilah saatnya bagi Bocah Bekasi untuk membuktikan dirinya mengabdi dan berbuat untuk tanah kelahirannya,” pungkas Nalib, optimis. (bar/jirong)

Bekasi boy's time to be an inspiration (Part 2)

Matamatanews.com, NATUNA-Former Commander of the Bekasi Regency Army Sub Denpom, Nalib Zainudin, born in Tambun, Bekasi, April 28, 1971, who recently ended his 30 years of service in the military, can be called a rare human being and good at sorting and choosing. Rare because not all native-born Bekasi residents have the insight to care about the fate of the surrounding community in the future, while good at sorting and choosing is a firm stand in favor of the interests of the community.

The man who was born in Tambun, Bekasi, feels that his victory to determine his fate as a civilian is a choice based on awareness without anyone's pressure. And as a "Bekasi boy", the choice to advance Bekasi Regency as an agricultural, economic, trade, marine and industrial area is a calling that Nalib Zainudin cannot avoid.
"As a person who has served and served for more than 15 years in Sumatra, then returned to his hometown to serve and serve," he said.

"As a person who has served and served for more than 15 years in Sumatra and then in the name of duty returned to my hometown, I interpret all of that as hijrah. This means that the process of moving from one place to the next is an inevitable choice and as a military man I must always be ready to be stationed anywhere, including in my birthplace, Bekasi," said Nalib, frankly.

Nalib Zainudin's achievement in his hometown of Bekasi as Commander of the Bekasi Regency Sub Denpom is certainly inseparable from the loyal support of his wife, children, and close people. For this reason, he is always committed to standing on the side of the interests of society in general, especially his family.Since serving in his homeland, it is not uncommon for Nalib to hear various voices with strong intonations asking him to be more concerned about the future development of the Bekasi people.

"Like a new awareness, these voices remind myself as a "Bekasi boy" to care more and emphasize my pride in being a "Bekasi boy" to do more in my birthplace. And as a Bekasi boy, I felt concerned when I found out that Muara Bungin Beach, which is part of Bekasi Regency, was affected by abrasion," said Nalib.

As is known, Muara Bungin Beach, which is located in Muara Bungin Village, Muara Gembong District, Bekasi Regency, is a beach that has been exposed to abrasion reaching 5000 to 7000 meters, even though this area borders Karawang Regency.

"Muara Bungin Beach needs serious attention and intense handling, and if there are no obstacles, God willing, we plan to become one of the tourist attractions in the northern Bekasi area. I hope that the abrasion of Muara Bungin Beach will become a serious concern for Bekasi Regency," hoped Nalib.

To suppress the abrasion of Muara Bungin Beach which is increasingly eroded by the waves and easier access for fishermen in and out of Karawang - Bekasi, Nalib intends to make a breakwater first so that fishermen bordering Bekasi and Karawang can interact economically with each other.

"With the breakwater, we hope that the fishermen around Muara Bungin Beach, especially in Muara Gembong, their economy will change a little. My target is to develop Bekasi Regency and as a "Bekasi Boy", I must be able to benefit the community and the surrounding environment. Because doing and building for a better change for the community, especially in Bekasi Regency, is part of my dreams since childhood, and this is the time for the Bekasi Boy to prove himself to serve and act for his homeland," concluded Nalib, optimistically. (bar/jirong)

 

 

 

redaksi

No comment

Leave a Response