Pasca Bentrokan Kosovo Tuduh Serbia Mau Mencaplok Wilayah Utaranya

Matamatanews.com, KOSOVO—Haeri Senin (2/10/2023) kemarin, Perdana Menteri Kosovo Albin Kurti menuduh Serbia berniat mencaplok wilayah utara negara itu yang mayoritas berpenduduk Serbia seraya mengatakan bahwa bentrokan mematikan yang terjadi baru-baru ini merupakan bagian dari rencana tersebut.

Dilansir dari media Mesir, Ahram online , seperti diketahui pada akhir September lalu ada sekitar 30 orang bersenjata terlibat dalam baku tembak dengan polisi Kosovo di sebuah desa di Kosovo utara menewaskan sati orang polisi.

Ini adalah salah satu eskalasi paling serius dalam beberapa tahun terakhir antara polisi dari etnis Albania yang merupakan mayoritas di Kosovo dan anggota etnis minoritas Serbia.

Tiga orang bersenjata Serbia juga tewas dalam baku tembak selama berjam-jam di desa Banjska setelah mereka menyergap sebuah patroli dan kemudian membarikade diri mereka sendiri di sebuah biara Ortodoks di dekat perbatasan utara dengan Serbia.

Kurti mengatakan bahwa polisi Kosovo menyita dokumen-dokumen yang menunjukkan bahwa serangan "teroris" terhadap polisi di Banjska "merupakan bagian dari rencana yang lebih besar untuk mencaplok bagian utara Kosovo" melalui serangan yang terkoordinasi terhadap puluhan posisi di daerah tersebut tulis Ahram online mengutip laporan kantor berita AFP.

"Membangun sebuah koridor ke Serbia akan menyusul untuk memungkinkan pasokan senjata dan pasukan," tulisnya di X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.

Setelah bentrokan tersebut, pihak berwenang Kosovo mengumpulkan para tersangka, menahan tiga orang yang diduga bersenjata dan menyita sebuah gudang senjata yang menurut mereka dapat mempersenjatai ratusan orang.

Amerika Serikat pada hari Jumat mendesak Serbia untuk menarik apa yang dikatakannya sebagai penumpukan militer yang besar di perbatasan dengan Kosovo, menyusul serangan di Banjska.

Menanggapi "situasi saat ini", Inggris mengatakan bahwa mereka mengirim pasukan untuk bergabung dengan pasukan penjaga perdamaian yang dipimpin NATO di sana.

Setelah itu, pemerintah Kosovo memamerkan persenjataan dan peralatan yang besar dan menuduh pemerintah di Beograd mendukung insiden tersebut.

Pada hari Jumat, Milan Radoicic, wakil presiden Serb List, partai politik utama Serbia Kosovo, mengundurkan diri setelah mengakui mengorganisir kelompok bersenjata tersebut.Namun, ia membantah menerima bantuan dari Beograd.

Bentrokan pada tanggal 24 September hanyalah yang terbaru dalam daftar panjang insiden di bagian utara Kosovo yang bermasalah sejak Pristina mendeklarasikan kemerdekaannya dari Beograd pada tahun 2008.

Serbia - dan sekutu-sekutu utamanya, Cina dan Rusia - telah menolak untuk mengakui langkah tersebut.Meskipun sudah bertahun-tahun pembicaraan yang disponsori oleh Uni Eropa antara kedua belah pihak untuk menormalkan hubungan, tidak banyak kemajuan yang dicapai.

Meski kedua pihak telah menyatakan tidak ada masalah, namun hubungan antara mayoritas etnis Albania di Kosovo dan minoritas Serbia tetap tegang.(dbud)

redaksi

No comment

Leave a Response