Teknologi Sektor Peternakan Jadi Tema Seminar Internasional ICAIT 2019

 

Matamatanews.com, PURWOKERTO—Seminar " The 1st International Conference on Animal Industry in the Tropics 2019 (the 1st ICAIT 2019) tengah berlangsung di Grand Karlita Hotel, Jl. S Parman No 296 Purwokerto. Acara yang dimotori Fakultas Peternakan Unsoed ini dihadiri oleh para peneliti, akademisi dan pembuat kebijakan dari beberapa negara akan berlangsung tanggal 6-8 Agustus. Tema yang diketengahkan adalah Animal Farming for Sustainable Rural Development, bertujuan menjadi penukaran media informasi teknologi terkini di sektor peternakan di daerah tropis.

Dalam makalahnya Prof Irwandi Jaswir  dari Halal Research Institute, Universitas Islam Internasional Malaysia menyampaikan, sangat penting untuk menghasilkan produk asal ternak yang halal, mulai dari bahan dasar, proses, hingga distribusinya. 

"Pangsa pasar produk halal sangat besar, banyak negara (Australia, Korea, New Zealand) yang memberi perhatian tinggi pada kehalalan produk industrinya. Industri dan pangsa pasar produk daging halal dan toyib tidak hanya di negara-negara yang mayoritas penduduknya muslim, tetapi juga pada negara-negara non muslim. Indonesia belum secara optimal memanfaatkan peluang di bidang produk-produk halal, terutama jika dibanding dengan Malaysia dan Thailand, " katanya.

Sementara Prof Zainal Aznam Mohd Jelan dari Universiti Putra Malaysia menerangkan, kualitas daging sapi sangat dipengaruhi oleh pakan yang diberikan. Riset telah menghasilkan inovasi berupa bahan pakan tambahan atau suplemen untuk meningkatkan efisiensi pencernaan sapi potong, dan menghasilkan produk berupa daging yang diinginkan oleh konsumen. 

"Konsumen menghendaki daging yang rendah lemak, dengan kandungan asam lemak yang baik misalnya asam lemak omega 3 dan asam lemak terkonjugasi. Manipulasi kualitas daging sapi melalui pakan dapat diterapkan jika tekniknya praktis, ekonomis, dan efisien dengan tetap memperhatikan kesejahteraan sapi, " terangnya.

Prof Ismoyowati (Fakultas Peternakan UNSOED) menjelaskan, itik merupakan penghasil daging dan telur. Populasi itik sebagian besar (89%) terdapat di negara-negara Asia, khususnya China. Itik memberikan kontribusi yang penting terhadap ketahanan pangan (food security). Produksi itik dapat dikembangkan melalui pemuliabiakan itik, peningkatan pakan dan manajemen pemeliharaan.

Pembicara lain Prof Budi Guntoro dari Universitas Gajahmada Yogyakarta menjelaskan, smart farming atau peternakan cerdas yang memanfaatkan seluruh sumberdaya dalam proses produksi. "Di era revolusi industry 4.0, peternak perlu paham tentang penggunaan teknologi informasi dalam proses produksi dan pemasaran hasil ternak, " terangya.

Sementara Dr. Maria Cintya Oliveros (University of the Philippine Los Banos) menjelaskan, produksi susu di negara-negara Asean belum mampu memenuhi kebutuhan konsumen sehingga harus impor. Banyak hal yang harus diperbaiki untuk meningkatkan jumlah dan kualitas susu untuk memenuhi kebutuhan.

" Thailand telah mengembangkan berbagai pariwisata berbasis ternak dan peternakan, " kata Dr. Weerapon Thongma dari Maejo University, Thailand.

Dia menambahkan, pengembangan pariwisata peternakan harus memperhatikan aspek kesejahteraan ternak/hewan dan keberlanjutan (sustainability). *(hen/berbagai sumber)

 

redaksi

No comment

Leave a Response