Sistem Satu Arah Dan Dampaknya Bagi Sistem Transportasi

 

Matamatanews.com, PURWOKERTO - Setelah jeda sementara waktu akibat pandemi Covid-19, ruas-ruas jalan di Kota Purwokerto kembali diramaikan oleh tingginya volume lalu lintas. 

"Dalam rangka memaksimalkan pencegahan penyakit virus corona 2019 (Covid-19) dan mengurangi potensi penumpukan kerumuman orang,  beberapa ruas jalan di Purwokerto diberlakukan sistem satu arah (SSA)," ungkap Tim Promosi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Ir.Alief Einstein,M.Hum. saat mendampingi pemaparan ahli Urban Transportation dari Fakultas Teknik Unsoed Probo Hardini (Dini).

Dini mengatakan, nadi perdagangan yang sempat "sepi", mulai menggeliat lagi. Di satu sisi perekonomian bisa tetap tumbuh dan terjaga, tetapi di sisi lain kesehatan dan keselamatan masyarakat menjadi taruhan. Pemberlakuan sistim satu arah (SSA) untuk jalan-jalan utama di Purwokerto, mulai Selasa (26/5) juga bertambah untuk beberapa ruas jalan. Menurut Dini, SSA sepanjang Jalan Jenderal Soedirman (satu arah ke barat) dan Jalan Gatot Subroto dan Jalan Komisaris Bambang Suprapto (satu arah ke timur) dalam jangka pendek diharapkan dapat mengurangi mobilisasi manusia di sepanjang jalan tersebut dan kawasan-kawasan yang terpengaruh.

"Terkait dengan penerapan konsep social dan physical distancing oleh pemerintah,  mobilitas merupakan salah satu upaya untuk menghambat penyebaran Covid-19, " kata Dini.

Dini yang juga ahli Transport Safety menjelaskan bahwa penggunaan lahan di sepanjang kedua jalan tersebut, mayoritas adalah perdagangan dan jasa. Sehingga menurutnya, menjadi sumber pemasukan yang sangat besar di Kota Purwokerto sendiri dengan banyaknya masyarakat berbelanja dengan jangkauan regional, bukan hanya dari masyarakat Purwokerto itu sendiri.

Anggota Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi (FSTPT) ini menyatakan bahwa transportasi menjadi variabel yang sangat penting dalam rantai penyebaran Covid-19, jika melihat konsep physical distancing. 

"Dari sini mobilitas memegang peranan penting dalam proses penyebarannya. Oleh karenanya, upaya untuk menurunkan mobilitas dengan berbagai cara diharapkan bisa menjadi langkah yang efektif untuk menghambat  meluasnya pandemi dan angka terjangkitan penyakit akibat virus ini, " ungkapnya.

 Terlepas dari masalah kesehatan tersebut, Dini yang juga anggota World Society for Transport and Land Use Research (WSTLUR) menjelaskan bahwa penerapan satu arah untuk kedua jalan utama Purwokerto akan memberikan dampak yang besar terhadap pola pergerakan lalu lintas perkotaan di Kota Purwokerto.  Selain itu menurutnya, juga berpengaruh terhadap kondisi sosio-ekonomi, terutama pendapatan dan perkembangan aktivitas komersial di semua ruas jalan yang terpengaruh.

"Dalam konsep manajemen lalu lintas, pemberlakuan satu arah untuk suatu ruas jalan dimaksudkan untuk mengatur traffic demand sehingga diharapkan dapat menurunkan kemacetan dan tundaan di jalan tersebut. Walaupun demikian, harus diingat bahwa pergerakan terjadi dalam suatu sistem jaringan jalan yang antara satu ruas dengan ruas lainnya akan saling terkait. Jadi pemberlakuan satu arah terhadap satu ruas jalan pastinya akan memberikan dampak kepada ruas jalan yang lain karena adanya limpahan arus lalu lintasnya, " jelas Dini.

Pola sistem jaringan jalan yang ada di Kota Purwokerto menurut alumni Teknik Planologi Fakultas Teknik Undip ini  cenderung mengarah pada pola grid dengan relatif banyaknya persimpangan yang ada. Dilihat dari konsep keterjangkauan, pola grid akan memudahkan pencapaian dari satu tempat ke tempat lainnya terutama bagi pejalan kaki. Tetapi dengan banyaknya persimpangan akan berdampak pada potensi terjadi tundaan pada segmen-segmen ruas jalan dengan simpang tersebut. Kondisi ini juga terjadi pada ruas-ruas jalan utama Kota Purwokerto. 

Dini menambahkan bahwa perubahan dari jalan dua arah menjadi satu arah akan menambah kapasitas jalan.  Dampaknya adalah berkurangnya waktu tempuh karena berkurangnya hambatan dalam perjalanan. 

"Hambatan ini bisa berupa kendaraan lain dalam antrian arus lalu lintas dan hambatan samping seperti kendaraan keluar masuk, kendaraan parkir, pejalan kaki, dan kendaraan lambat, " terangnya.

Dipandang dari dampak lingkungan tambahnya, tentu saja akan menguntungkan dengan berkurangnya penggunaan bahan bakar dan berkurangnya emisi gas buang. Waktu perjalanan juga berpengaruh terhadap produktivitas pengguna jalan. Tetapi di sisi lain, bertambahnya ruang pergerakan dalam suatu ruas jalan secara psikologis akan berdampak pada angka kecepatan tinggi pada pengendara. 

"Di sini, angka kecepatan yang tinggi (speeding) pada umumnya akan berkorelasi dengan naiknya kejadian kecelakaan. Selain itu dengan kecepatan yang tinggi cenderung akan merugikan pedagang-pedagang kecil di sepanjang jalan tersebut. Pengendara enggan untuk berhenti dan singgah karena akan langsung ke tujuan utamanya, " ungkapnya.

Dini menambahkan angkutan umum akan terpengaruh karena mengharuskannya untuk mengubah rute trayeknya. Jika rute dipindahkan tentu saja hasilnya bisa menjadi kontraproduktif terhadap misi pemerintah untuk mengurangi penggunaan angkutan pribadi.

 Tambahnya lagi, bahwa dengan volume lalu lintas yang tetap, pemberlakuan jalan satu arah pada dasarnya mengalihkan arus lalu lintas dengan memaksa pengguna jalan untuk melewati jalan-jalan yang lain. 

Dalam teori model transportasi empat tahap menurutnya, beban lalu lintas (traffic assignment) akan terbagi ke ruas-ruas jalan dalam satu kesatuan sistem jaringan jalan. Apalagi dengan mempertimbangkan bangkitan lalu lintas yang tetap, produksi, dan tarikan juga tidak berubah.

Potensi besarnya arus lalu lintas dari kedua ruas jalan tidak menutup kemungkinan dilakukannya manajemen lalu lintas pada jalan-jalan yang lain atau manajemen transportasi secara keseluruhan. Secara konsep, dari segi sosio-ekonomi, dampak dari rekayasa lalu lintas secara permanen akan memungkinkan berkembangnya lokasi-lokasi komersial lain pada rute-rute jalan pengalihan. Perspektif tata ruang kota, persebaran aktivitas dan tata guna akan semakin merata. 

" Oleh karenanya efektivitas pemberlakuan kedua ruas jalan utama di Kota Purwokerto untuk jangka panjang, membutuhkan evaluasi sebagai suatu bentuk before-after study atau kondisi sebelum dan sesudah diberlakukannya rekayasa lalu lintas dengan tingkat kemanfaatan bagi perbaikan sistem transportasi perkotaan yang lebih baik, " pungkas Dini.(hen/berbagai sumber)

 

redaksi

No comment

Leave a Response