Matamatanews.com, GAZA—Serangan brutal terbaru pasukan Israel pada hari Minggu (22/10/2023) kemarin yang menghujani berbagai pemukiman Gaza semakin membuktikan bahwa Israel tidak mengindahkan seruan komunitas internasional untuk dilakukan penghentian serangan.
“Serangan Israel terhadap wilayah Gaza dan Tepi Barat sudah berlebihan dan diluar logika , padahal komunitas internasional telah menyerukan untuk dilakukan penghentian serangan di sepanjang wilayah Gaza dan sekitarnya. Yang membuat kita prihatin adalah serangan brutal Israel itu dilakukan ditengah blokade , tanpa pasokan air dan pemadaman listrik,” kata Zulfahmi Martunus, Bacaleg DPR-RI dari Dapil 11 untuk Kabupaten Garut, Tasikmalaya, dan Kota Tasikmalaya.
Sebagai bakal calon legislatif dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Zulfahmi atau yang akrab disapa Fahmi ini mengaku prihatin atas prilaku yang dipertontonkan Israel terhadap warga Gaza maupun di Tepi Barat.Terlebih kata Fahmi, sejak militer Israel memborbardir wilayah Gaza sebagai balasan serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober,Israel semakin arogan mempertontonkan kebengisan dan brutalisme terhadap warga di Jalur Gaza dengan melakukan serangan serampangan ke berbagai fasilitas umum.
“Sebagai mantan militer saya merasa risih dengan tindakan yang diperlihatkan pasukan Israel di Gaza, apalagi yang dilawan dan hancurkan adalah rumah-rumah warga sipil dan fasilitas umum yang dalam militer dilarang untuk disentuh. Dan saya menyayangkan sikap negara-negara Barat yang sampai hari ini seakan berdiam diri , hanya sebatas imbauan , sementara Turki, Mesir, Rusia, Iran, dan Lebanon bersikap tegas dan meminta Israel segera menghentikan serangan agar warga sipil yang ada bisa di selamatkan,” tegas Fahmi.
Serangan terbaru Israel yang menghujani seluruh Gaza pada Ahad (22/10/2023) kemarin, sedikitnya menewaskan 50 warga sipil Palestina ketika bom-bom Israel turun laksana hujan, sehingga lanjut fahmi jumlah korban di wilayah yang di blokade tersebut menjadi 4.651 orang.
“Yang membuat kita miris dan prihatin bercampur geram, para korban yang tewas itu termasuk di dalamnya ada anak-anak, perempuan dan orang-orang lanjut usia. Itu artinya penjajah Israel melakukan operasi sapu bersih tanpa lagi mengindahkan nilai-nilai kemanusiaan di dalamnya. Dan serangan yang dilakukan Israel di Gaza tidak bisa disebut sebagai pembelaan diri atas serangan mendadak yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober lalu, karena serangan tersebut sudah menyasar terhadap warga sipil, fasilitas umum dan tempat ibadah sehingga bisa disebut sebagai genosida terencana untuk menghabisi rakyat Palestina dengan alasan membela diri dari serangan teroris kelompok Hamas. Tindakan Israel di Gaza adalah serangan genosida terhadap rakyat Palestina,” tandas alumni Akmil 1983 ini, dengan nada cukup tinggi.
Fahmi menggambarkan situasi saat ini di Gaza telah mencapai titik terendah baru yang berbahaya, sehingga butuh akses kemanusiaan secepat mungkin di seluruh Gaza maupun Tepi Barat agar warga sipil yang kini masih terblokade bisa mencari perlindungan ke negara tetangga seperti Mesir maupun Lebanon.
“Kondisi mereka sudah dalam siaga satu untuk dievakuasi dan diberikan makanan maupun minuman, termasuk kesehatan.Dan yang terpenting adalah tindakan komunitas internasional seperti PBB harus benar-benar mampu menghentikan tindakan barbar pasukan Israel di Gaza sehingga korban jiwa bisa diminimalisir,” pungkas Fahmi. (bar)
No comment