Sejak Perang Melawan Teror, Tentara Bayaran Semakin Menjamur

 

Matamatanewscom, JAKARTA—Meski Amerika Serikat dan sekutunya telah berusaha keras untuk menghentikan aksi teror di berbagai penjuru dunia, namun keberadaan tentara bayaran yang disewa sejumlah perusahaan militer dan keamanan swasta terus menjamur. Para tentara bayaran itu disewa untuk beroperasi digaris depan, terutama di kawasan Timur Tengah dan Afrika.

“ Keberadaan tentara bayaran itu bukan di Timur Tengah dan Afrika saja,  tapi dikawasan daerah konflik selalu ada dan biasanya digunakan para perusahaan militer dan swasta untuk melindungi aset dan orang penting. Biasanya tentara bayaran itu bercampur baur, ada yang ada Inggris, Amerika, Perancis, Jerman dan lainnya. Tapi lebih banyak dari Amerika dan Perancis,” jelas Mahmoud Jaffar asal Kirkuk, Irak kepada Matamatanews.com.

Hal senada juga dilontarkan sumber di perusahaan swasta asal Afrika, Adel Houff,  di Afrika biasanya tentara bayaran disewa untuk melindungi pimpinan perusahaan dan aset mereka dari serangan kelompok bersenjata. Biasanya,kata Adel yang menjadi masalah banyak para tentara bayaran melanggar aturan dan melakukan penembakan membabi buta kepada masyarakat lokal.

Seperti diketahui sejak Amerika Serikat dan sekutunya lima belas tahun lalu mendeklarasikan perang melawan terorisme, angka kematian akibat teror dan pelanggaran hak azasi manusia (HAM) terus meningkat, baik di Timur Tengah, Afrika, Afghanistan, Pakistan, maupun di kawasan daerah konflik lainnya. Dan perang teror yang di dengungkan Amerika dan Sekutunya tidak seluruhnya disambut positif, bahkan sebaliknya memunculkan perlawanan balik .

Yang membuat miris banyak kalangan, kehadiran para tentara bayaran di daerah konflik seperti di Irak , Afghanistan dan kawasan Timur Tengah mereka selalu meninggalkan jejak pelanggaran hak azasi manusia (HAM). Belum lama ini laporan terbaru ‘War on Want’ yang bernama “Mercenaries  Unleashed: The Brave New World of Private Military and Security Companies” menyebutkan bahwa angka tentara bayaran yang bertempur di garis depan di daerah konflik di seluruh dunia sudah sangat mengkhawatirkan.

 “ Perusahaan militer swasta mengamuk di Irak dan Afghanistan, meninggalkan jejak pelanggaran HAM di belakang mereka Sekarang kita melihat kenaikan yang mengkhawatirkan dari tentara bayaran yang bertempur di garis depan daerah konflik di seluruh dunia. Itu adalah kembalinya ‘ Dog War'” kata John Hilary, Direktur Eksekutif War on Want kepada Sputnik beberapa waktu lalu.

Perusahaan militer dan keamanan swasta atau Private military and security companies (PMSC) telah mengeksploitasi konflik dan ketidakstabilan di wilayah yang dilanda perang dan membuat keuntungan besar setidaknya dalam 15 tahun terakhir. Selain itu jumlah mereka semakin banyak. Menurut laporan itu, dalam beberapa tahun terakhir saja ratusan perusahaan baru telah didirikan.

“Inggris adalah sebuah wilayah penting untuk industri PMSC. Pada puncak pendudukan, sekitar 60 perusahaan Inggris beroperasi di Irak. Sekarang ada ratusan PMSC Inggris yang beroperasi di daerah-daerah konflik di seluruh dunia, bekerja untuk mengamankan pemerintahan dan perusahaan terhadap berbagai ‘ancaman’, ” kata laporan itu.

Beberapa nama perusahaan yang disebutkan dalam laporan War on Want sudah cukup familiar. G4S, Aegis Defense Services Control Risks dan Olive Group  adalah beberapa PMSC Inggris terkemuka, yang telah mengambil beberapa kontrak sangat besar dalam 15 tahun terakhir.

War on Want menemukan beberapa PMSC kecil seluruhnya terdiri dari mantan personil militer sementara organisasi yang lebih besar memiliki mantan militer di posisi kunci. CEO Aegis Defense Services Control Risks yang juga mantan Armored Brigade Commander, Graham Binns, pernah berkata: “Dalam dunia bisnis, orang ex-militer sudah mendapat banyak tawaran. Saya harap begitu pula.”

Laporan itu mengatakan pemerintah Inggris memilih untuk menutup mata dan membiarkan PMSC untuk mengatur diri mereka sendiri yang memungkinkan mereka untuk semakin mengeksploitasi celah hukum, tidak hanya di darat, tetapi juga di industri maritim. Perusahaan minyak khususnya tertarik menggunakan mereka untuk perlindungan aset di laut. (sam/jt/sputnik)

sam

No comment

Leave a Response