Pemuda Palestina di Jalur Gaza Jadi Target Pasukan Israel

 

Matatamatanews.com, JALUR GAZA—Jum’at (27/9/2019) lalu seorang pemuda Palestina dibunuh pasukan Israel  dalam aksi protes yang digelar di perbatasan Gaza. Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan sebanyak 63 demonstran terluka dalam aksi unjuk rasa yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir, 32 di antaranya  oleh peluru tajam, tanpa merinci sebab luka tersebut.

Menurut  juru bicara militer israel, ada sekitar 7.000 warga Palestina yang berkumpul di sejumlah titik di sepanjang perbatasan pada Jum’at sebelumnya. Mereka melemparkan berbagai alat pembakar dan bahan peledak di pagar keamanan dan kendaraan militer  Israel. Meski ada dua kendaraan yang mengalai kerusakan, namun pihak militer israel melaporkan tidak ada korban jiwa.

Seperti dilansir Daily Sabah yang dikutip dari Reuters, para saksi mata mengatakan untuk mencegah para pengunjuk rasa tentara Israel menembakkan gas air mata, peluru karet dan amunisi.Menanggapi aksi unjuk rasa tersebut pihak Israel menyatakan bahwa aksi demonstrasi masih terus dilakukan setiap Jum’at dengan kekuatan yang mematikan,bahkan telah menewaskan sedikitnya 311 warga Palestina dan melukai ribuan lainnya.

Seperti diketahui pasukan Israel dikerahkan di sepanjang perbatasan yang bergejolah di Jalur Gaza dan telah menembakkan peluru tajam ke arah  demonstran Palestina sejak aksi menentang blokade lama Israel terhadap Gaza dimulai pada bulan Maret lalu.Israel dikecam oleh sebuah badan hak asasi manusia PBB karena membunuh demonstran di Gaza dan atas perlakuannya terhadap Palestina, dan dinyatakan sebagai "kejahatan perang" di bawah Statuta Roma. 

Korban jiwa yang tinggi memicu reaksi diplomatik terhadap Israel dan tuduhan baru penggunaan kekuatan yang berlebihan terhadap pengunjuk rasa yang tidak bersenjata. Kelompok-kelompok hak asasi manusia telah menyebut perintah tembakan terbuka sebagai tindakan melawan hukum, dengan mengatakan mereka secara efektif mengizinkan tentara menggunakan kekuatan yang berpotensi mematikan terhadap pengunjuk rasa yang tidak bersenjata.

Menurut sebuah laporan yang dikeluarkan oleh Pusat Hak Asasi Manusia Al-Mezan, ratusan anak-anak Palestina telah menjadi korban kekerasan Israel sejak Great March of Return dimulai tahun lalu, ketika ratusan ribu demonstran Palestina berkumpul di zona penyangga yang memisahkan Gaza dari Israel. Selama periode yang sama, 17 anak-anak ditahan oleh pasukan Israel selama aksi protes. Laporan itu juga mengungkapkan bahwa telah terjadi peningkatan jumlah anak-anak Palestina yang terbunuh dan terluka oleh pasukan Israel, sambil menunjukkan pelanggaran sistematis hak asasi manusia yang kini terjadi di Jalur Gaza.

Kekerasan Israel terus berlanjut di tengah-tengah kelumpuhan diplomatik, mengurangi harapan akan perdamaian dan meningkatkan frustrasi Palestina. Israel berulang kali menjadi sasaran roket dari Gaza dan sering merespons dengan melakukan serangan udara balasan. Palestina menuntut agar pemblokiran yang dilakukan oleh Israel dan Mesir di wilayah itu dicabut dan menginginkan kembalinya para pengungsi Palestina ke tempat yang sekarang disebut Israel. 

Blokade selama bertahun-tahun telah menghancurkan ekonomi daerah kantong pantai dan merampas 2 juta penduduknya dari pergerakan bebas masuk dan keluar dari Gaza dan banyak fasilitas dasar. Sejak 2007, Jalur Gaza berada di bawah blokade Israel dan Mesir yang melumpuhkan dan menghancurkan ekonominya serta terampasnya sekitar 2 juta penduduk dari komoditas penting, termasuk makanan, bahan bakar, dan obat-obatan. Di kantong lama yang di embargo, situasi kemanusiaan telah memburuk dari hari ke hari. Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB (UNRWA) sebelumnya menyatakan bahwa sekarang ada sekitar 620.000 warga Gaza yang hidup dalam kemiskinan, yang berarti mereka yang tidak dapat memenuhi kebutuhan makanan pokok dan harus bertahan hidup dengan biaya $ 1,6 per hari, dan hampir 390.000 hidup dalam garis kemiskinan. (cam)

redaksi

No comment

Leave a Response