Menolak Lengser, Yahya Jammeh Di Ultimatum

 

Matamatanews.com, GAMBIA – Yahya Jammeh menolak lengser dari kursi kepresidenan saat dirinya akan digantikan presiden yang memenangi pemilihan umum bulan lalu, Adama Barrow. Setelah memenangi pemilihan umum, Barrow sampai saat ini belum juga menjabat sebagai presiden Gambia, hal ini memicu pendukung presiden terpilih menjadi geram.

Terlihat pasukan Senegal bersenjata lengkap, bergerak memasuki kawasan perbatasan Gambia guna mendukung Barrow. Mereka dapat sokongan dari angkatan udara dan angkatan laut Nigeria, serta sejumlah pasukan dari Ghana. Sementara itu, juru bicara militer Senegal, Kolonel Abdou Ndiaye mengatakan bahwa para serdadu tersebut tidak menemui perlawanan dan tengah menuju Banjul, Ibukota Gambia.

Seperti dilansir BBC, Ndiaye mengatakan, "Ini sudah perang. Jika kami menemui perlawanan, kami akan melawannya. Jika ada orang yang bertempur untuk presiden, kami akan melawannya. Tujuan utama adalah mengembalikan demokrasi dan membiarkan presiden yang baru terpilih untuk mengambil alih," katanya.

Sementara itu, panglima militer Gambia, Ousman Badjie menyatakan bahwa pihaknya tidak melawan pasukan Senegal karena konflik di Gambia bersifat “politik”. Badjie juga mengatakan, "Saya tidak akan melibatkan pasukan saya dalam pertempuran konyol. Saya mencintai anak buah saya," ujarnya.

Barrow mengucapkan sumpah sebagai presiden baru Gambia di Kedutaan Besar Gambia di Ibukota Senegal, Dakar. Dalam pengambilan sumpah itu, latar belakang Barrow sempat menyita perhatian, karena dirinya pernah bekerja sebagai security sebuah toko saat lakukan studi di London.

Dalam pidato pelantikannya, Barrow memerintahkan seluruh personel militer Gambia untuk tetap berada di barak, “Jika ada orang yang mengusung senjata secara ilegal akan dianggap sebagai pemberontak”, katanya. Barrow dilantik di Senegal, karena presiden Gambia sebelumnya, Yahya Jammeh, menolak lengser. Penolakan itu didukung parlemen Gambia, namun blok regional Afrika Barat, Ecowas, memberikan ultimatum pada Jammeh hingga hari Jumat (20/1/2017) tengah hari waktu setempat untuk digantikan.

Jika Jammeh tetap menolak, Ecowas mengancam akan menggunakan kekerasan. Ultimatum itu didukung oleh seluruh anggota Dewan Keamanan PBB, namun DK PBB mengingatkan Ecowas agas sedapat mungkin mencapai solusi politik. Karenanya, akan dialakukan mediasi sebelum tengat berakhir. Mediasi itu akan dipimpin Presiden Guinea, Alpha Conde. [Did/Trb/Berbagai Sumber]

sam

No comment

Leave a Response