Mengenal Lebih dekat Badan Intelijen Inggris MI6

 

Matamatanews.com, JAKARTA—Dinas Intelijen Rahasia (Secret Intelligence Service, SIS) atau lebih dikenal MI6 adalah badan intelijen eksternal Britania Raya. Dinas ini bekerja dibawah arahan Komite Intelijen Gabungan (Joint Intelligence Committee, JIC), dan bekerja sama dengan Dinas Keamanan (Security Service, MI5), Markas Komunikasi Pemerintah (Government Communications Headquarters, GCHQ) dan Staf Intelijen Pertahanan (Defence Intelligence Staff, DIS).
Sebagai direktur ditunjuklah Mansfield George Smith Cumming,  yang dikenal dengan sebutan “C”. Awalnya, keberadaan dinas rahasia ini sangat dirahasiakan dari publik, hanya Perdana Menteri Britania Raya dan pejabat tertentu saja yang tahu. Pemerintah selalu menyangkal keberadaannya, walau dinas rahasia ini selalu menggunakan anggaran negara sebesar £ 70 juta per tahun.

Prestasi para agen MI6 ini terbilang cemerlang. Sejumlah operasi intelijen kontra Jerman dan Rusia sukses dijalankan pada Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Terutama pada Perang Dunia I, saat MI6 dipimpin spymaster Mansfield Smith Cumming. Berulangkali mereka berhasil mengalahkan Jerman. Dalam budaya populer, SIS (MI6), tampil sebagai tempat kerja dan afiliasi agen rahasia terkemuka Inggris, James Bond, dalam serial novel dan film yang bernama sama.
Sejarah dinas rahasia Inggris dimulai dari Sir Francis Walsingham, menteri dalam negeri pada masa pemerintahan Ratu Elizabeth I (1558-1603). Dia menggerakkan para agennya untuk membongkar komplotan makar terhadap Ratu, yang diatur oleh pihak Katolik, pada akhir abad ke-16. Beberapa tokoh ternama pada masa itu, seperti John Evelyn, dikirim ke luar negeri untuk melakukan penyelidikan rahasia. 

Dana tetap untuk kegiatan mata-mata mulai dianggarkan pada masa kekuasaan Raja Charles II (1630-1685). Uang yang digunakan lebih banyak dipakai untuk membayar informan, baik di dalam dan luar negeri namun hal tersebut kurang efektif. Di dalam negeri, kelompok-kelompok politik radikal umumnya diprovokasi oleh provokator dan mata-mata. Sedangkan di luar negeri, seluruh Eropa sudah mengetahui mengenai campur tangan dinas rahasia Inggris di beberapa negara.
Ketika Ratu Victoria (1819-1901) memegang kekuasaan, keamanan dan ketertiban di Inggris terjaga dengan baik. Pada saat ini, badan intelejen hampir tidak berfungsi karena tidak memiliki pekerjaan apapun. Tidak heran jika Pengarang Charles Dickens pada 1850-an berkata: ”Penghasut paling fanatik di negeri ini dapat berkata apa saja karena dia tidak berada dalam cengkeraman teror sebuah sistem mata-mata yang terorganisasi.”

Setelah saat itu, perekrutan orang-orang penting agar dapat dipekerjakan mata-mata terus dilakukan oleh pemerintah. Pada 1889, beberapa wartawan Reuters tercatat sempat dikontrak untuk memberikan data intelijen terhadap pemerintahan Inggris.Hingga disahkannya Undang-undang kegiatan intelijen pada 1994, MI6, Mi-5 dan GCHQ secara resmi tidak pernah diakui keberadaannya. 

Tetapi, melalui kisah-kisah spionase yang ditulis para novelis, reputasi dinas rahasia Inggris telah ada sejak dahulu. Tokoh James Bond yang diciptakan Ian Fleming merupakan ikon paling populer dari kegiatan intelijen MI6. Kehidupan agen rahasia memang menjadi sangat populer dalam novel-novel Inggris karena John le Carre pernah menjadi agen MI-5. Banyak penulis terkemuka lainnya pernah menjadi agen rahasia Inggris, Beberapa di antaranya adalah Somerset Maugham, Graham Greene, Conan Doyle dan Thomas Hardy.

Pada akhir abad ke-19, angkatan darat dan angkatan laut Inggris mencoba menangani kebutuhan akan jasa Intelijen mereka sendiri, baik dari segi taktis maupun strategis. Mereka mendirikan divisi intel masing-masing. Tetapi tidak ada hal yang rahasia mengenai kegiatan mereka. Mereka mengandalkan informasi dari koran-koran luar negeri atau materi cetakan lainnya, laporan para atase di kedubes-kedubes Inggris, atau pengamatan ketika melancong keluar negeri. 

Di dalam negeri, pada 1883 Dinas Khusus Polisi Irlandia dibuat repot oleh serangkaian ledakan bom yang dilakukan oleh kaum Fenian Revolusioner. Selain itu terdapat kerusuhan-kerusuhan di India yang merupakan daerah koloni. Karena hal-hal ini, maka pemerintah Inggris sadar bahwa mereka perlu untuk melakukan pencegahan sebelumnya. Agar dapat melaksanakannya maka perlu memiliki informasi sejak dini. Untuk itu diperlukan suatu jaringan kaum informan yang terorganisir dengan rapi.
Memasuki abad ke 20 berarti memasuki era baru ketidakamanan. Perang Boer (1899-1902) secara mengejutkan mengungkapkan kelumpuhan organisasi militer Inggris. Pada saat yang sama, perluasan kekuatan militer dan industri Jerman tampak siap mengancam supremasi Inggris yang telah lama mapan. Pada 1905, pemerintah Inggris mendirikan Komite Pertahanan Kerajaan. Tugasnya mengawasi strategi dan mendorong peningkatan pengorganisasian lembaga-lembaga pertahanan pada masa damai dan perang. Dinas intel dan kontraspionase Inggris mulai di tangani lebih serius.

Kendati sempat dianggap sebagai bertentangan dengan tradisi liberal Inggris, praktiknya tetap berjalan. Pengawasan dan penyensoran terhadap telegram dan surat dari dan ke Afrika Selatan terbukti memberikan arus tetap informasi yang berguna tentang Perang Boer. Pimpinan proyeknya, Letkol James Edmons, yang mengepalai seksi H; kemudian berhak mengontrol MO5, seksi khusus Direktorat Operasi Militer Dephankam, di seksi yang berkekuatan kecil saja ini ia segera, dan sekaligus memberi rekomendasi apa yang dapat dilakukan terhadap mereka. Situasi negeri memang sedang baik bagi mekarnya dinas intel. 

Pada 1907, kekhawatiran masyarakat yang dikipasi kaum propagandais bertumpu pada satu skenario: Jerman sedang berminat menyerbu Inggris. Seorang bernama Letkol Heath menulis kepada Globe:”Jalan-jalan di kota London penuh dengan orang Jerman yang berkeliaran. Mau apa mereka? Apa yang mahu mereka kerjakan? Mereka tidak terlihat terburu-buru. 

Mereka tampaknya cukup makan dan berpakaian bagus. Niscaya mereka serdadu. ”Yang kemudian menyimpulkan adalah Letkol Edmonds jua: Jerman tentunya sedang merentang jaringan spionase di Inggis.” Ini dimantapkan oleh Direktur Operasi Militer; Mayjen John Spencer Ewart, yang berkata: Kita harus memiliki dinas rahasia yang memadai, sebuah biro reguler yang terorganisasi.” Toh Menhankam R.B Haldane dan banyak rekannya masih sangat ragu-ragu akan keperluan dinas rahasia itu. Tapi pada 1909 demam mata-mata kian berjangkit. Serangkaian publikasi novel Spies of the Kaiser di Weekly News membangkitkan sensasi khalayak. 

Pengarang fiksi ini, William Tufnell Le Queux, menyatakan bahwa penceritaan gaya James Bondnya tentang perjuangan melawan spionase Jerman di Inggris seluruhnya berdasarkan fakta dan surat kabar tersebut menawarkan hadiah $10 kepada setiap orang yang mengirim surat pengakuan pernah melihat mata-mata. Tak ayal laporan tentang kesaksian memergoki para spion meningkat sepanjang tahun itu. Namun bagaimanapun spesifikinya, laporan-laporan itu setidaknya telah mempercepat lahirnya badan intel (yang terorganisasi rapi) pertama di dunia. Mayjen Ewart mencoba merumuskan bahwa biro dinas rahasia harus “menangani baik spionase di negeri ini maupun kegiatan agen-agen kita di luar negeri.

” Disinilah asal muasal MI5 dan MI6. Tapi keduanya tak selamanya sejalan, apalagi bekerja sama mereka lebih sering bersaingan. Ini pada gilirannya menggansir tugas-tugas pengamanan Inggris secara keseluruhan. Menurut tugas, MI5 adalah dinas keamanan/pengamanan (security service). Sedang MI6 adalah intilijen rahasia (secret intelligence service), yang lazimnya disebut SIS.

MI 5

Kepala pertama organisasi kontraspionase (MI5) dikenal dengan sebutan MO, adalah seorang pria usia 35 tahun pengidap asma Kapten (kemudian Sir) Vernon Kell. Toh walaupun suka bengek, ia bertahan sebagai kepala MI5 selama 30 tahun. Pengalamannya sebagai mata-mata terbatas, sebagian di Tiongkok, tapi ia menguasai beberapa bahasa dan yakin betul akan ancaman Jerman bagi keamanan Inggris. 

Untuk menangkal ancaman itu, Pemerintah Inggris menyediakan baginya sebuah kamar di Dephankam, sebuah lemari arsip, dan anggaran $7000 setahun. Dan perwira muda ini memiliki bakat birokrasi cemerlang dan segera memperluas kerajaan kecilnya. Kell mulai bertindak, pertama-tama melakukan pengawasan terhadap 30 ribu penduduk Jerman di Inggris. Pada 1914, MI5 telah memiliki detail dari 16 ribu pemukim asing sekitar 11 ribu di antaranya orang Jerman. 

Padahal ia hanya mempekerjakan tujuh staf, kendati banyak pekerjaan memang dilakukan anggota polisi. MI5 berhasil menyingkap kegiatan Gustav Steinhhaeur (yang mengelola kegiatan spionase di sejumlah pelabuhan galangan kapal Inggris dari pangkalannya di Potsdam, Prusia, ia mengendalikan sejumlah penduduk Inggris asal Jerman, turis Jerman, atau personel kapal angkatan laut Inggris sendiri. 

Informasi mereka harus dikirim lewat pos kepada Steinhhaeur pada 1911, ketika seorang wartawan Jerman, Max Schultz, yang tinggal disebuah rumah perahu di Exeter, menarik perhatian polisi. Dari surat-surat yang dikirimnya diketahui bahwa ia memasok laporan tentang AL Kerajaan Inggris kepada Steinhhaeur melalui sebuah perusahaan angkutan di London. Serangkaian pengungkapan lainnya, termasuk sejumlah penangkapan, misalnya terhadap George Parott, perwira pasukan meriam AL Kerajaan, telah membongkar seluruh operasi Steinhhaeur. 

Belakangan, 1914, ia memerintahkan penangkapan 22 agen Jerman dan pengawasan terhadap 200 tercuriga lainnya. MI5 mulai melebarkan sayapnya begitu perang pecah, dan makin berkembang sampai gencatan senjata empat tahun kemudian. Waktu itu Kell membawahkan 844 staf (dibandingkan 14 pada awal perang) dan bujet pun dinaikkan menjadi $100 ribu sesuai pintanya. Stafnya menyebar keseluruh Eropa, melakukan tugas pengintelan di Front Barat dan memeriksa visa yang dikeluarkan Kedubes-Kedubes Inggris. Mereka juga mendirikan Military Port Control Service, yang memeriksa orang yang memasuki negeri itu. 

Mereka mempunyai ‘bank informasi’ yang dikenal dengan sebutan Registry. Namun sukses besar MI5 ada di seksi deteksi nya, yang melakukan tugas kontraspionase. Kunci sukses MI5 terletak pada penyadapan kiriman pos. Ketika perang pecah, direncanakan melakukan intersepsi dan penyensoran telegram tapi tidak membuka surat-surat pribadi. Pada akhir 1914 terdapat 169 sensor pos, dan empat tahun kemudian membengkak menjadi 5000 buah.

MI 6

Kepala pertama MI6 (mulanya dikenal sebagai MI-1C) adalah Commander Mansfield Smith Cumming, perwira purnawirawan dari AL Kerajaan sejak itu Kepala MI6 dipanggil dengan kependekan “C”. Cumming sudah masuk daftar purnawirawan sejak 20 tahun sebelumnya karena mabuk laut kronis yang menyebabkan ia didaratkan, menurut salah seorang koleganya, kantor Cumming di Whitehall Court memasang dinding palsu yang dengan rahasia di sebaliknya. 

Ia memakai kaca mata tunggal (monocle) dan hanya menulis dengan tinta hijau. Gayanya yang eksentrik kian berwarna setelah tahun 1914 ia terpaksa mengenakan kaki kayu. Sang kaki asli lenyap sesudah mengalami kecelakaan mobil di luar Paris yang menghilangkan nyawa anak laki-lakinya. Cedera ini membuatnya jera. Dalam sisa hidupnya, ia tetap seorang pengemudi maut mobil Rolls Roycenya tetap dipandang sebagai hantu pencabuat nyawa oleh para pejalan kaki London. Dikantor, ia juga tak bisa tinggal diam.

Dengan kaki kayunya, ia masih mampu bergerak lincah disepanjang koridor. Kalau bicara, kaki kayunya diketuk-ketukkan kelantai untuk memberi tekanan pada ucapannya. Disamping melawat sendiri ke Eropa daratan, Cumming juga mendaftar para pengusaha yang dimintanya memberi informasi atau melakukan kontak-kontak melalui hubungan bisnis dengan mitra usahanya.

Setidaknya di dua kota, Rotterdam dan Brussels, ia menebar jaring. Kepadanya lalu ada yang menawarkan buku kode (codebook) Jerman dengan harga cukup mahal, $600. ia membayarnya tapi palsu. Di komunitas intelijen dunia, reputasi MI6 juga boleh dikatakan menjulang. Jika CIA, dinas rahasia Amerika dikenal dengan julukan The Company, kalangan intelijen negara-negara Barat biasa menyebut SIS alias MI6 dengan julukan The Friends. 

Sementara kalangan internal menyebut MI6 sebagai The Firm. Kantor pusat SIS yang terletak di 85 Albert Embankment, Vauxhall Cross, London juga punya julukan khusus. Mereka yang bekerja di dalamnya, menyebut kantor pusat SIS ini sebagai Legoland. Pada 1993, popularitas MI6, sempat tersalip oleh MI-5 ketika dinas Security Services mengumumkan pemimpin barunya: Stella Rimington. Rimington segera memperoleh publikasi besar-besaran karena merupakan wanita pertama yang memimpin dinas intelijen.

GCHQ

Sebenarnya, selain dua dinas rahasia ini, Inggris masih memiliki satu lembaga intelijen penting lain, yakni Government Communications Headquarters (GCHQ), yang beroperasi memantau berbagai jaringan komunikasi di seluruh dunia. Tetapi, sebagaimana tradisi intelijen Inggris, yang sifat kerahasiaannya sangat tinggi, tak banyak hal yang bisa diketahui tentang lembaga ini. (Samar/disarikan dari berbagai sumber)

sam

No comment

Leave a Response