Matamatanews.com ,PURWOKERTO--Sekitar tujuh jam perjalanan team Matamatanews mengunjungi kota kecil Lasem, Rembang Jawa Tengah, sebuah kota di kawasan pantai utara Jawa. Kota ini berjarak sekitar 120 km dari ibukota propinsi Jawa Tengah,Semarang berada antara kota Santri Demak dan Kudus. Tujuan kami adalah desa Karangturi Kec. Lasem, Rembang Jawa Tengah.
Setelah perjalanan kami yang cukup melelahkan sampailah di tempat tujuan yakni kediaman Pengasuh Pondok Pesantren Kauman Lasem KH. Muhammad Zaim Ahmad Ma'shoem atau sering disapa Gus Zaim. Ada yang menarik dari keberadaan Pondok Pesantren ini adalah arsitektur bangunannya bergaya Cina dan memang benar keberadaannya di tengah tengah warga Tionghoa.
Di Kota Lasem sendiri jumlah warga keturunan Tionghoa cukup banyak, sehingga kota itu mendapat julukan Cina Kecil. Mayoritas bangunan di kota penghasil batik itu berdinding tinggi, berpintu tinggi dan tebal dengan huruf kanji menghiasi permukaanya. Dengan lingkungan yang sedemikian rupa Gus Zaim berjuang memelihara toleransi dengan pendekatan budaya dan agama. Hal ini dimaklumi karena Gus Zaim sendiri leluhurnya adalah seorang Kyai keturunan Arab yang menikah dengan perempuan keturunan Tionghoa.
Gus Zaim merupakan putra bungsu dari pasangan KH. Ahmad Syakir dengan Nyai Faisah. Buah pernikahannya melahirkan ulama ulama besar di Lasem, diantaranya Mustofa lahir tahun 1948 yang bermukim di Pasuruan Jawa Timur, Faizin lahir tahun 1951 dan wafat tahun 1974, Nur Jihan lahir tahun 1955 yang diperistri KH. Muafi pengasuh Pondok Pesantren Nazathut Thulab Krajan Cemplong Sampang Madura, Nur Inayah lahir tahun 1957 diperistri KH. Hasan Fauzi Pengasuh Pondok Pesantren As Syakiriyah Soditan Lasem, Sihabudin lahir tahun 1960 pengasuh Pondok Pesantren An Nuriyah Soditan Lasem, Muhammad Nasih (almarhum), Muhammad Zaim lahir 1 Agustus 1965 sekarang Pengasuh Pondok Pesantren Kauman Lasem.
Pondok Pesantren Kauman didirikan oleh Gus Zaim sendiri tepatnya pada 21 November 2003. Lokasi di desa Karangturi, Lasem Rembang. Dengan kondisi sosial budaya di lingkunganya inilah yang mengilhami Gus Zaim mengajarkan kepada santri santrinya tentang nilai nilai toleransi (tasamuh) dengan etnis lain dengan harapan menghasilkan generasi yang berakhlakul karimah. * (javi, hen/berbagai sumber)
No comment