Pembocor Nuklir Israel Lunglai Dalam Pelukan Agen Wanita Mossad

 

Matamatanews.com,JAKARTA—Kesuksesan Peranacis meledakkan bom atom pertamanya di Gurun Sahara, Israel merasa proyek telah sukses tanpa harus membuka kepada dunia bahwa mereka ada dibelakangnya.

Jika tahun 1986 seorang   mantan pekerja di proyek persenjataan Israel tidak membocorkan informasi sangat rahasia negara zionis itu,mungkin publik dunia tidak pernah dapat membuktikan kecurigaan bahwa Israel telah mempersiapkan diri menjadi negara adidaya nuklir di kawasan Timur Tengah. Si pembocor rahasia itu tak lain  Mordechai Vanunu, yang bersuara lantang di majalah Sunday Times,London.

Berita tersebut tentu sangat mengejutkan, mengingat Israel berhasil menyembunyikan proyek ambisiusnya selama 40 tahun terakhir. Tepatnya,sejak 1948,ketika Israel pertama kali memproklamirkan diri sebagai negara merdeka.

Ambisi Israel  untuk memiliki piranti bom nuklir memang telah dimulai pada tahun yang sama dengan dibentuknya sebuah badan riset dan perencanaan di Kementerian Pertahanan. Badan riset ini bertugas menjajaki potensi penambangan uranium (bahan dasar nuklir) di Gurun Negev. Bantuan pertama datang dari Perancis yang menyumbangkan sebuah reaktor di Dimona, sebelah utara Gurun Negev pada 1963.

Nyaris tidak ada yang mengetahui keberadaan reaktor nuklir ini karena Perdana Menteri Ben Gurion menyamarkannya sebagai pabrik tekstil. Israel mampu menyembunyikan proyek ini karena para ahli nuklir Yahudi dikirim untuk bergabung dengan para pakar Perancis yang memang terang-terangan melakukan uji coba peledakan bom nuklir.

Dengan kesuksesan Perancis meledakkan bom atom pertamanya di Gurun Sahara,Israel merasa proyek telah sukses tanpa harus membuka kepada dunia bahwa Israel ada di belakangnya. Orang menunjuk Perancis pelakunya tanpa melihat Israel di dalamnya.

Vanunu sang Pembocor

Vanunu adalah orang yang membocorkan informasi tentang Israel nasibnya mulai gelisah dengan proyek bom nuklir yang dijalankan oleh negaranya. Sebagai tekhnisi nuklir Israel,Vanunur justru kerap melancarkan protes terhadap kebijakan Israel. Atas sikapnya itu, ia diberhentikan. Vanunu memutuskan untuk meninggalkan agama Yudaisme dan memeluk Kristen Anglikan di Australia.

Keinginannya untuk membongkar rahasia nuklir di negev mempertemukannya dengan jurnalis Sunday Times. Tapi, Sunday Times tidak serta merta memercayai informasi sangat rahasia itu. Mereka melakukan penyelidikan terlebih dahulu.Vanunu kesal sehingga berpaling kepada Sunday Mirror milik Robert Maxwell. Sialnya, diduga Maxwell memiliki hubungan dekat dengan agen rahasia Israel,Mossad. Menurut beberapa orang, ia melaporkan keinginan Vanunu itu kepada agen zionis.

Tangan-tangan besi Israel dan Inggeris, yang ketika itu dipimpin Margareth Thatcher,berusaha membuat Vanunu keluar dari Inggeris.Meski pun dekat dengan Israel, Thatcher tampaknya tidak ingin dipandang otoriter dan terang-terangan berpihak kepada Israel.Maka dirancanglah sebuah skenario cantik. Seorang wanita anggota agen rahasia Mossad bernama Cheryl Bentov, menyamar sebagai turis Amerika bernama Cindy. Vanunu terpikat dan tidak berdaya dengan rayuannya.Akhirnya,mereka pergi ke Roma dan menikmati cinta kilat. Benar saja,begitu sampai di Roma,Vanunu dibius oleh para agen Mossad. Lalu,ia diculik dan diselundupkan ke Israel melalui kapal barang.

Keberanian Yang Mahal

Vanunu harus membayar mahal keberaniannya membocorkan kepada dunia bahwa Israel memiliki 150 sampai 200 senjata nuklir yang disembunyikan.Bahkan menurutnya, mereka sedang membangun proyek bom hidrogen. Bom hidrogen memiliki daya hancur jauh lebih besar dan berbahaya dari bomk atom (nuklir).

Setelah penculikan tadi, Vanunu dipaksa menjalani penjara soliter (diasingkan) selama sebelas tahun. Shin Beth (polisi rahasia Israel-parlemen Israel) dan Mossad sangat jengkel dengan Vanunu sehingga mereka tidak ingin menghadiahinya dengan kematian cepat. Selain itu, ada konsensus di Israel yang menyatakan bahwa orang Yahudi tidak boleh menghukum mati sesama Yahudi.

Melalui persidangan rahasia di Yerusalem, Vanunu dihukum 18 tahun penjara atas tuduhan pengkhianatan dan spionase.Di penjara Askhelon,geraknya sangat dibatasi.Hanya dua jam sehari ia keluar sel untuk berjalan di lapangan. Itu pun hanya sendirian dan tidak diperbolehkan berkomunikasi dengan orang lain. Surat-suratnya disensor dengan ketat dan telepon dilarang.

Pada 2004, tak lama sebelum pembebasannyta,Vanunu tetap melawan di bawah interogasi oleh dinas keamanan. Dalam rekaman wawancara yang dipublikasikan setelah ia dibebaskan, ia berkata,” saya bukan pengkhianat, bukan pula mata-mata. Saya hanya ingin dunia tahu apa yang sedang terjadi.” Ia juga mengatakan,” Kita tidak membutuhkan sebuah negara Yahudi. Yang harus ada adalah sebuah negara Palestina. Orang Yahudi dapat dan sudah hidup di mana saja sehingga sebuah negara Yahudi tidak diperlukan.”

Pada Desember 2004, sebagai pernyataan solidaritas, ia dipilih oleh para mahasiswa dari Universitas Glasgow untuk menjabat sebagai rektor selama tiga tahun. Namun, ia tidakdapat menjalankan tugasnya karena masih dilarang keluar dari Israel. Sejak saat itu, Glasgow Herald telah melakukan kampanye untuk pembebasannya. (samar/151 konspirasi dunia)

sam

No comment

Leave a Response