Nasib Muslim Rohingya Semakin Mengenaskan

 

Matamatanews.com, Jakarta—Kendati Myanmar katanya telah menghentikan operasi militernya di negara bagian Rakhine, namun kekerasan, pemerkosaan dan pembunuhan terhadap minoritas muslim masih sering terjadi. Dunia terlalu lama menutup mata terhadap tragedi kemanusiaan  Rohingya.

Bertahun-tahun kelompok minoritas muslim di Myanmar itu yang hidup di antara mayoritas penganut Buddha menjadi kaum yang tak dikehendaki, terusir dari tanah kelahiran, tidak diakui, dan hidup dalam tekanan.

Meski hingga kini, pemerintah Myanmar masih menepis dugaan adanya kejahatan kemanusiaan di Rakhine, termasuk pembantaian dan pemerkosaan massal, namun tim investigasi PBB yang membidangi pelanggaran HAM terus menindaklanjuti tudingan tersebut. Sejauh ini pemerintah Myanmar memang  tidak mau mengakui  Rohingya sebagai warga negara, sehingga kekerasan terus terjadi setiap saat.

Kini disebutkan dalam enam hari terakhir di tengah pertempuran baru di Myanmar barat, sedikitnya  sudah ada 18.500 Muslim Rohingya yang menyeberang ke Bangladesh hidup sebagai pengungsi. Di antara mereka banyak yang menderita sakit, baik akibat kelelahan, stres bahkan luka akibat sambaran peluru.

Juru bicara Organisasi Internasional untuk Migrasi  IOM Asia Pasifik, Chris Lom, seperti dilansir Al Jazeera pada Kamis (31/8/2017) mengatakan bahwa sejak semalam sudah ada sekitar 18.500 orang yang datang melintas dari negara bagian Rakhine Myanmar. "Kami juga tahu ada orang yang terjebak di perbatasan tapi kami tidak tahu berapa jumlahnya," urai Lom.

Sejauh ini memang Bangladesh telah menyatakan menolak pendatang baru dan telah memulangkan sejumlah orang yang berhasil ditangkap di perbatasan. Bangladesh berdalih, karena selama ini pihaknya telah menampung sebanyak 400 ribu warga Rohingya yang telah meninggalkan Myanmar selama bertahun-tahun.

Sementara itu pengelola IOM di kota selatan Cox’s Bazar di dekat perbatasan, Sanjukta Sahany mengatakan bahwa kondisi mereka sangat menyedihkan. "Kebutuhan terbesar adalah makanan, layanan kesehatan dan mereka butuh tempat berlindung. Mereka memerlukan setidaknya beberapa selimut, beberapa atap di atas kepala mereka," kata Sahany.

Sejumlah sumber menyebutkan, bahwa para pelintas yang memasuki Bangladesh banyak yang mengalami luka tembak dan luka bakar sehingga butuh penanganan serius. Kendati PBB telah menekan Myanmar untuk melindungi semua warga sipil, namun tampaknya Myanmar tidak bergeming.

Salah seorang  warga Muslim Rohingya  Noor Begum mengatakan bahwa dirinya tidak akan kembali ke Rakhine.” Kalau kami kembali, kami akan dibunuh. Saya tidak mau kembali,” kata Noor Begum sambil menangis. Sementara  itu Direktur Humas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Allesandra Velluci menyampaikan  rasa belasungkawa kepada para korban. “ Kami serukan kepada semua pihak hentikan kekerasan dan cari solusi damai,” katanya.  (cam/ berbagai sumber)

 

 

sam

No comment

Leave a Response